Blogger Template by Adityarama Syam

Meja Kasir & Seorang Anak Kecil

Mengantri untuk transaksi di bank memang butuh kesabaran ya... Waktu saya datang ke sebuah bank pemerintah dan ambil nomor urut, saya mendapatkan nomor 84, padahal nomor yang di panggil baru nomor 40. Waduh, masih 44 nomor lagi nih. Padahal kasir cuma 1 orang. Kebayang ngga sih, nunggu 44 orang bertransaksi. Yaaaa karena butuh mau gimana lagi ???

Sambil menunggu giliran, aku segera menempati tempat duduk yang kosong ketika seseorang berdiri memenuhi panggilan kasir. Lumayan....bisa duduk. Ketika sedang duduk mengantri, aku mengamati setiap orang yang dengan muka BT menunggu giliran di panggil. He...he...semua jutek deh, karena kelamaan kali ya...

Hal yang menarik ku lihat adalah ketika aku mendapati seorang anak kecil yang merengek minta digendong ibunya, ketika ibunya mendekat ke meja kasir. Padahal ibu itu belum di panggil, jadi cuma berdiri di dekat meja kasir aja. Anak kecil tersebut merengek terus, tapi sang ibu tidak mau menggendongnya juga. Bahkan mencoba mendiamkan anak itu dengan berbagai macam rayuan. Aku gemes melihat sang ibu tersebut. Masa cuma menggendong saja dia ngga mau, padahal dia juga ngga ngapa-ngapain. Hal itu sering terjadi padaku, kalau si kecil aku ajak ke Bank, pasti ketika di depan meja kasir dia minta di gendong. Untuk apa ?.... si kecil penasaran dengan apa yang dilakukan kasir tersebut. Dia kan tidak bisa melihat si kasir, karena tubuhnya yang mungil belum melampaui meja kasir. Jadi ketika aku gendong si kecil, dia tersenyum puas bisa menyaksikan wajah rahasia yang ada di belakang meja kasir.

Sepertinya sepele, tapi tidak untuk si kecil. Karena untuk dia, itu adalah pengalaman yang menyenangkan, bisa melihat wajah di balik meja kasir.

Madiun, ketika aku merindukan mu

Untuk kedua kalinya aku wisata ke madiun. Sebuah kota kecil di Jawa Timur. Kota yang tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Nanggung lah. Ketika pertama kali aku ke Madiun, aku sempet mampir ke terminal bis Madiun. Sepiiiii. Entah aku yang keliru, tapi suasana terminal disini tidak nampak seperti terminal bis pada umumnya. Tidak nampak kesibukan hilir mudik angkutan umum. Hanya ada beberapa bis yang datang dan pergi. Maka, ketika aku ke Madiun untuk kedua kalinya aku memilih kereta sebagai transportasi pengantarku.

Jam setengah empat pagi, kereta ku sampai di stasiun Madiun. Hiiiii.... serem ya, jam setengah empat pagi dah keluyuran di stasiun. Aku ngga langsung ke tempat tujuan, tapi mampir dulu ke Musholla stasiun. Lumayan, sambil nunggu waktu shubuh aku istirahat sejenak. Di mushola, aku ketemu seorang Ibu, namanya bu Bambang. Beliau juga baru turun dari kereta dan nunggu agak terang untuk kemudian menuju makam suaminya, nyekar (=ziarah). Subhanallah, saking sayangnya bu Bambang pada suaminya, ketika dalam perjalanan Jakarta - Surabaya, beliau menyempatkan diri turun di Madiun untuk nyekar. Sampai jam setengah enam baru kami keluar dari stasiun.

Perjalanan di lanjutkan. Aku memanfaatkan jasa tukang becak untuk mengantarku ke terminal, karena aku perlu naik bis arah Ponorogo. Waduh, aku dah nerveous duluan kalo inget terminal Madiun, sepiiii. Alhamdulillah, pak becak ngga nganter aku ke stasiun, melainkan ke halte yang biasa di lewati bis Ponorogo. Cuma, ongkosnya muahal banget. Masa jarak dari stasiun ke halte ngga terlalu jauh di patok harga dua puluh ribu ?????.... yaaah, ngga pa pa deh, yang penting ngga ke terminal.

Setelah dapet bis Ponorogo, aku melanjutkan wisata-ku. Aku turun di daerah pasar Dolopo. Baru tau ya ?... Lalu aku lanjutkan lagi naik ojek ke desa Sidorejo. Jalanan ke arah desa Sidorejo memang bagus. Tapi ???? ngga ada angkutan apapun selain ojek. Kalaupun dari pasar kita bisa naik ojek ke dalam, tapi dari dalam ngga ada ojek yang keluar. Aneh ngga sih.... Jadi, kalo kita niat bertamu, harus pesen sama ojek yang nganter kita untuk menjemput kembali sesuai jam yang kita tentukan. Waduh, repot deh...

Penasaran, aku tanya ke warga desa Sidorejo. Katanya, dulu memang pernah ada angdes (angkutan desa) tapi sepi penumpang. Karena mayoritas penduduk di desa itu sudah mempunyai motor (???) Hebat ! Hebat ! di Jakarta aja angkutan kota masih ramai penumpang, eh di desa kecil di Madiun, ngga ada yang perlu angdes.

Ups, ada yang belum di ceritain lho... Aku juga sempet jalan-jalan ke Kota-nya. Aku mampir ke Mall Sri Ratu, maen-maen aja. Terus, mampir ke Matahari (lupa nama plaza-nya...) ya...namanya juga di ajak sodara, sekalian menjelajah Madiun lebih jauuuh. Nah, yang aku paling suka, ketika mampir ke toko oleh-oleh khas madiun. Aku borong tuh sambel pecel sama brem (makanan khas yang rasanya asem-asem dingin, gitu), buat oleh-oleh tetangga dan temen kantor. Puas ?..... ya, karena sudah sore, dan gerimis mengundang akhirnya kita pulang ke Sidorejo. Kali ini, agak nyaman, karena naik mobil sendiri, jadi ngga takut harus pesen ojek. ha...ha...

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Download MP3 Terbaru

Pengikut

Daftar Blog Saya